Khotbah Hari Raya Paskah I, MTPJ GMIM 20-26 April 2025, Yohanes 20:1-10, Yesus Bangkit Dari Antara Orang Mati, Percayalah!

Khotbah Hari Raya Paskah I, MTPJ GMIM 20-26 April 2025: Yesus Bangkit Dari Antara Orang Mati, Percayalah!
Khotbah Hari Raya Paskah I, MTPJ GMIM 20-26 April 2025 dari Yohanes 20:1-10 membawa kita ke sebuah titik balik dalam sejarah keselamatan manusia. Pagi itu, sebuah kubur kosong mengubah sejarah dunia. Kain kapan tergeletak. Batu terguling. Tiga saksi bingung. Namun dari kebingungan itu, lahirlah pengharapan yang tak terpadamkan. Hari ini, kita akan menyusuri jejak Maria, Petrus dan Yohanes menemukan kubur kosong, dan bersama-sama menemukan jawaban mengapa kisah ini masih mengubah hidup kita di tengah dunia yang haus akan pengharapan.
Pagi-pagi benar, ketika hari masih gelap. Keheningan yang mencekam. Embun pagi masih menyelimuti tanah Yerusalem. Seorang wanita berjalan sendirian, hatinya berat oleh kesedihan mendalam. Maria Magdalena, dengan langkah gontai menuju kubur di mana jasad Gurunya dibaringkan tiga hari lalu. Ia datang membawa minyak dan rempah, berniat melanjutkan ritual penguburan yang terburu-buru dilakukan sebelum Sabat dimulai.
Tetapi yang ditemukannya sungguh mengejutkan. Batu penutup kubur telah terguling. Kubur itu kosong! Panik dan bingung, Maria segera berlari mencari Petrus dan Yohanes. "Mereka telah mengambil Tuhan dari kuburnya, dan kami tidak tahu di mana mereka membaringkan-Nya," serunya dengan napas terengah-engah.
Tanpa membuang waktu, kedua murid itu berlari menuju kubur. Yohanes, yang lebih muda dan gesit, tiba lebih dahulu. Ia membungkuk, mengintip ke dalam kubur, dan melihat kain kafan tergeletak. Namun ia tidak masuk. Petrus, dengan keberaniannya yang khas, segera masuk ke dalam kubur saat tiba. Ia mengamati dengan seksama: kain kapan tergeletak, dan kain peluh yang tadinya menutupi kepala Yesus tergulung dengan rapi di tempat tersendiri.
Kemudian Yohanes pun masuk. Ia melihat dan percaya. Namun Alkitab mencatat sesuatu yang mencolok: "Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati."
Inilah awal dari kisah terbesar sepanjang masa – kisah yang mengubah sejarah manusia, yang memberi makna baru bagi kehidupan kita. Kristus telah bangkit! Kubur kosong bukanlah kesaksian pencurian mayat, melainkan proklamasi kemenangan atas maut.
Coba bayangkan suasana pagi itu. Maria Magdalena yang berduka mendalam. Pikiran logisnya langsung mengarah pada kesimpulan yang masuk akal: jasad Yesus telah dicuri. Petrus yang impulsif, yang beberapa hari sebelumnya menyangkal Yesus tiga kali, kini berusaha memahami apa yang terjadi. Dan Yohanes, murid yang dikasihi, yang pertama percaya meski belum sepenuhnya mengerti.
Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa iman tidak selalu dimulai dengan pemahaman penuh. Kadang-kadang iman dimulai dengan sebuah kubur kosong dan kain kapan yang tergeletak. Kadang-kadang iman dimulai dengan pertanyaan dan kebingungan, sebelum mencapai pemahaman.
Mari kita lihat konteks historis peristiwa ini. Dalam budaya Yahudi abad pertama, penguburan dilakukan dengan sangat cermat. Tubuh orang mati dimandikan, diurapi dengan minyak dan rempah-rempah, dibungkus dengan kain kapan. Kubur biasanya berupa gua atau ruang yang dipahat di bukit batu, dengan pintu masuk ditutup batu besar. Pencurian mayat bukanlah hal umum, dan mengusik tempat pemakaman dianggap pelanggaran serius.
Yang lebih menarik, dalam budaya patriarki Yahudi saat itu, kesaksian perempuan dianggap kurang bernilai dibandingkan kesaksian laki-laki. Namun, Allah justru memilih Maria Magdalena sebagai saksi pertama kebangkitan! Ini menunjukkan bagaimana Allah seringkali membalikkan nilai-nilai duniawi, memilih yang dianggap lemah untuk mempermalukan yang kuat.
Detail tentang kain kapan dan kain peluh sangat penting. Pencuri tidak akan repot-repot melepaskan kain kafan dari mayat. Jika ada pencuri, kain-kain itu pasti akan ikut dibawa bersama jasad. Kain peluh yang tergulung rapi di tempat terpisah menjadi petunjuk bahwa tak ada kepanikan atau ketergesaan di sini. Ini bukan karya pencuri. Ini adalah bukti dari kebangkitan yang terencana dan tenang.
Kubur kosong bukan hanya fakta sejarah, tetapi juga metafora kuat tentang transformasi. Tempat yang seharusnya penuh dengan kematian dan keputusasaan, kini menjadi kosong – namun kekosongan ini justru penuh makna. Seperti cangkang telur yang kosong setelah burung kecil mematuk dan keluar menuju kehidupan baru, kubur kosong Yesus adalah tanda kehidupan, bukan kematian.
Saudara-saudari terkasih, pernahkah Anda merasa seperti Maria pagi itu? Berjalan dalam kegelapan kesedihan, membawa beban berat di hati, hanya untuk menemukan bahwa realitas yang dihadapi berbeda jauh dari yang dibayangkan? Pernahkah Anda, seperti Petrus, bergegas mencari jawaban dalam kebingungan? Atau seperti Yohanes, menemukan iman bahkan sebelum sepenuhnya memahami?
Kebangkitan Kristus bukan sekadar dogma untuk dipercayai, melainkan realitas yang mengubah segalanya. Kubur kosong mengubah cara kita memandang kehidupan, penderitaan, dan bahkan kematian itu sendiri.
Pertama, kubur kosong memberikan bukti konkret bahwa Yesus adalah siapa yang Ia katakan. Sepanjang pelayanan-Nya, Yesus berulang kali memberitakan bahwa Ia akan mati dan bangkit kembali. Kubur kosong membuktikan bahwa Ia bukan sekadar guru moral yang baik atau nabi biasa – Ia adalah Anak Allah yang memiliki kuasa atas maut.
Kedua, kebangkitan Kristus menawarkan pengharapan yang tak tergoyahkan. Dalam dunia yang dipenuhi ketidakpastian, penderitaan, dan ketakutan akan kematian, kubur kosong menyatakan bahwa kematian bukanlah kata terakhir. Jika Kristus telah mengalahkan maut, maka pengikut-Nya juga memiliki janji kehidupan kekal.
Ketiga, kebangkitan Kristus memberikan makna bagi penderitaan. Salib dan kubur kosong tidak dapat dipisahkan. Tanpa kebangkitan, kematian Kristus hanyalah tragedi belaka. Tetapi kebangkitan menegaskan bahwa penderitaan bukanlah akhir dari cerita. Tuhan mengubah tragedi terbesar dalam sejarah menjadi kemenangan terbesar.
Di zaman modern ini, kita hidup dalam masyarakat yang skeptis terhadap klaim supernatural. Banyak yang mencoba menjelaskan kubur kosong dengan teori-teori alternatif: para murid mencuri tubuh Yesus, Yesus hanya pingsan dan kemudian pulih, atau para wanita salah kubur. Namun, semua teori ini gagal menjelaskan transformasi dramatis yang terjadi pada para murid, yang semula ketakutan dan bersembunyi, kemudian dengan berani menyaksikan kebangkitan bahkan hingga mati sebagai martir.
Lebih dari itu, kebangkitan Kristus bukan hanya peristiwa historis yang terjadi 2000 tahun lalu. Ini adalah realitas hidup yang terus menerus menawarkan pembaruan dan transformasi. Rasul Paulus menulis dalam Roma 6, bahwa sebagaimana Kristus dibangkitkan dari kematian, demikian juga kita berjalan dalam hidup yang baru.
Mari kita merenungkannya lebih dalam—tentang "kubur-kubur" dalam hidup kita saat ini.
Ketika saya mengajak Anda untuk merenungkan "kubur-kubur" dalam hidup Anda, saya berbicara tentang tempat-tempat gelap yang terasa tak berharapan, situasi-situasi yang tampaknya permanen dan tak mungkin berubah. Seperti batu besar yang menutup kubur Yesus, masalah-masalah ini tampak terlalu berat untuk digeser dengan kekuatan kita sendiri.
Hubungan yang rusak—mungkin Anda telah bertahun-tahun tak berbicara dengan saudara kandung karena luka lama yang terus bernanah. Atau pernikahan yang perlahan mati, di mana komunikasi telah menjadi dingin dan kaku. Atau mungkin persahabatan berharga yang hancur karena pengkhianatan. Konflik yang tak terselesaikan ini menjadi seperti kubur yang menyimpan harapan akan rekonsiliasi dan kasih yang pernah ada.
Impian yang kandas—berapa banyak dari kita yang pernah memiliki visi cerah tentang masa depan, hanya untuk melihatnya hancur berkeping-keping? Mungkin itu adalah karier yang tak pernah terwujud, bisnis yang bangkrut, atau panggilan pelayanan yang terhenti karena rintangan yang tak terduga. Impian-impian ini kini terbaring seperti jenazah dalam kubur keputusasaan.
Luka masa lalu yang tak kunjung sembuh—trauma dari pelecehan, pengabaian, atau kejadian traumatis yang terus menghantui Anda setiap malam sebelum tidur. Kenangan menyakitkan yang muncul tanpa diundang, memicu reaksi yang bahkan tak Anda pahami sepenuhnya. Luka-luka ini, tertutup rapat dalam kubur kesakitan yang tampaknya tak akan pernah terbuka untuk penyembuhan.
Kebiasaan buruk atau dosa yang terus mengikat—ketergantungan yang Anda sembunyi-sembunyikan, amarah yang meluap tanpa kendali, ketamakan yang tak terpuaskan, atau nafsu yang memperbudak. Berapa kali Anda telah berjanji untuk berubah, hanya untuk kembali terperosok? Dosa-dosa ini menjadi seperti kubur, dingin dan gelap, mengurung Anda dalam siklus kegagalan dan rasa bersalah.
Ketidakpastian ekonomi—mungkin Anda kehilangan pekerjaan dan telah berbulan-bulan mencari tanpa hasil. Atau bisnis keluarga yang berjuang untuk bertahan. Tagihan-tagihan menumpuk, tabungan menipis, dan Anda terbangun setiap malam dengan kecemasan mencengkeram dada. Situasi finansial ini seperti kubur yang mengubur harapan akan stabilitas dan keamanan.
Krisis iklim yang mengancam—kita menyaksikan bumi kita berubah dengan cara yang mengkhawatirkan. Cuaca ekstrem, kepunahan spesies, dan ketidakpastian tentang dunia yang akan diwariskan kepada anak-anak kita. Masalah ini terasa begitu besar, begitu tidak terpecahkan, seperti kubur yang mengubur harapan akan masa depan yang berkelanjutan.
Saat merenungkan "kubur-kubur" pribadi kita, kita merasakan kesamaan dengan Maria Magdalena, berjalan dalam kegelapan menuju tempat kesedihan. Namun pesan Paskah mengingatkan kita bahwa tidak ada kubur yang terlalu dalam, tidak ada situasi yang terlalu putus asa bagi kuasa Allah. Kristus yang meninggalkan kubur-Nya kosong dapat mengosongkan kubur-kubur dalam hidup kita juga, menggulingkan batu-batu yang terlalu berat bagi kita, dan membawa kehidupan di tengah situasi yang tampaknya mematikan.
Kubur kosong mengajarkan kita bahwa cerita kita tidak berakhir pada kegelapan. Bahwa Allah bekerja paling kuat justru ketika situasi tampak paling tidak mungkin. Dan bahwa pengharapan bukan sekadar optimisme naif, tetapi keyakinan berdasarkan fakta kebangkitan—bahwa Allah sanggup dan mau membangkitkan yang mati menjadi hidup kembali.
Pesan kubur kosong adalah bahwa tidak ada kubur yang terlalu dalam, tidak ada batu yang terlalu berat, tidak ada situasi yang terlalu putus asa bagi kuasa Allah. Kristus yang telah bangkit dapat dan akan mengubah kubur-kubur kita menjadi tempat kebangkitan baru.
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, kubur kosong tidak hanya mengundang kita untuk mempercayainya sebagai fakta sejarah, tetapi juga memanggil kita untuk meresponsnya dengan perubahan hidup yang nyata. Mari kita bersama-sama merenungkan tiga cara praktis untuk menanggapi rahasia agung ini:
Pertama, seperti Maria Magdalena, jangan takut bertanya dan mencari. Maria tidak langsung percaya – ia bertanya, ia mencari, ia berlari kepada murid-murid lain. Kebangunan iman sering dimulai dengan pertanyaan jujur. Jika Anda bergumul dengan keraguan, jangan menyembunyikannya. Bawalah ke hadapan Allah dan komunitas orang percaya.
Kedua, seperti Petrus, beranilah untuk masuk dan melihat sendiri. Petrus tidak puas hanya mendengar atau melihat dari jauh. Ia masuk ke dalam kubur, memeriksa bukti dengan mata kepalanya sendiri. Iman Kristen bukanlah iman buta – ini adalah iman yang didasarkan pada kesaksian dan bukti historis. Luangkan waktu untuk mempelajari dasar-dasar iman Anda.
Ketiga, seperti Yohanes, biarlah apa yang Anda lihat mengubah apa yang Anda percayai. Yohanes melihat dan percaya. Pengalaman pribadinya dengan kubur kosong mengubah hidupnya selamanya. Bagaimana pengalaman Anda dengan Kristus yang bangkit? Apakah itu hanya sekadar doktrin yang Anda yakini, atau realitas hidup yang mengubah cara Anda menjalani setiap hari?
Dunia di sekitar kita merindukan setetes pengharapan di padang kering keputusasaan. Saat ini, banyak jiwa tersiksa dalam cengkeraman ketakutan—terhimpit oleh konflik yang merebak di berbagai sudut bumi, pergumulan ekonomi yang mencekik, tantangan lingkungan yang mengancam masa depan, dan pergumulan pribadi yang tak kunjung usai. Begitu banyak orang yang kita temui setiap hari merasa seperti terkubur hidup-hidup dalam makam ketidakberdayaan. Tetapi kita yang telah menyaksikan keajaiban kubur kosong memiliki tanggung jawab suci: menjadi penyala obor kebangkitan di tengah kegelapan dunia. Kita membawa kabar sukacita bahwa malam keputusasaan—segelap apapun—pasti akan berakhir dengan fajar kebangkitan, bahwa kehidupan memiliki kekuatan untuk menembus tembok kematian yang paling kokoh, dan bahwa pengharapan yang berakar pada kubur yang kosong jauh lebih kuat daripada keputusasaan yang mencengkeram dunia ini.
Kubur kosong menantang kita untuk hidup dengan berani. Jika Kristus telah mengalahkan musuh terbesar – kematian – apa lagi yang perlu kita takuti? Kita dapat menghadapi tantangan hidup dengan keyakinan bahwa kita melayani Raja yang telah menaklukkan maut.
Mari kita kembali ke pagi Paskah itu. Bayangkan keheningan kubur yang hanya berisi kain kapan. Bayangkan kebingungan Maria, ketakjuban Petrus, dan iman yang baru lahir dalam diri Yohanes. Dan kemudian, bayangkan sukacita luar biasa saat mereka perlahan-lahan menyadari kebenaran yang mengubah dunia: Yesus tidak ada di sini, Ia telah bangkit!
Saudara-saudari terkasih, inilah pesan yang kita bawa keluar dari tempat ini hari ini: Yesus Bangkit dari Antara Orang Mati, Percayalah! Dan karena Ia hidup, kita juga akan hidup. Seperti kain kapan yang ditinggalkan, mari kita tinggalkan ketakutan, keraguan, dan keputusasaan kita. Seperti para murid yang kembali dengan sukacita, mari kita jalani hidup kita dengan keyakinan penuh akan kemenangan yang telah Kristus peroleh bagi kita.
Kubur itu kosong. Kristus telah bangkit. Ia sungguh telah bangkit! Selamat Paskah!
Amin.